Senin, 11 Juli 2016

Belum Bukan Berarti Tidak

"Angkat telfon gue dong. I wanna check, if you are okay..."

"Maaf telah memberikan malam yang mungkin kurang menyenangkan. Gue takut banget pas melihat muka dan perilaku lu yang tiba-tiba berubah. Gue takut lu berpikir salah dan menjauhi gue. Seperti yang sudah gue bilang sebelumnya, gue masih berhubungan sama dia dan gue akan selalu sayang sama mantan gue. Ketika gue putus sama dia, gue bilang 'kalau seandainya kita jodoh, pasti suatu saat kita akan bertemu'. Tapi, dia lebih memilih untuk tinggal di luar kota, itu berarti pertanda kalau gue sama dia belum jodoh. Please, jangan ada yang berubah. Gue berharap masih bisa melihat senyum di wajah lu, seperti biasa."

"Gue masih gak menyangka aja gitu, kalau lo akan SELALU sayang sama mantan lo. Gue cuma mau ingetin bahwa gue ini A bukan L. A berbeda dengan L. Kalau lo masih berharap dengan L, tolong jangan jadikan gue sebagai pengganti dia."

"Waduh, salah tangkep sepertinya. Gue memang selalu sayang sama mantan-mantan gue, karena mereka pernah jadi bagian terindah dalam hidup gue. Tapi untuk balikan dan jadian lagi dengan mereka, untuk sekarang belum. Gue sama sekali tidak menyamakan lu dengan dia. Jelas beda sifat, kebiasaan, dll. Gue di sini juga sayang sama lu, gue ingin banget menjaga lu dan gue seneng banget bisa melihat lu maju. Gue sampai sempat berpikir... andai lu datang lebih awal."

***

Belum bukan berarti tidak.

Sedikit percakapan yang masih aku ingat dalam cerita seorang teman. Suatu kejadian yang masih belum bisa aku pahami kenapa bisa terjadi? Lebih tepatnya, kenapa harus terjadi? Masih belum mengerti ini salah siapa sehingga terjadi seperti ini?

Aku hanya berpikir bahwa cerita ini hanya seperti dunia sinetron, di mana seolah-olah hanya cerita fiksi yang memancing emosi. Emosi? Ya, kalau aku berada dalam posisi tersebut, emosiku juga akan terpancing. Bagaimana tidak? Merasa disamakan dengan seorang mantan. HAHAHA.

Aku rasa... kalau pun memang tidak disamakan dengan seorang mantan, tidak seharusnya dia berkata 'belum' dalam hal balikan. Kenapa? Karena belum kadang bisa diartikan sebagai 'suatu saat akan...' Mungkin sekarang belum bisa balikan karena bla bla bla... Tapi, nanti di saat sudah waktunya baru akan bisa balikan. Sh*t!

Tidak ada orang di dunia ini yang ingin diperlakukan seperti itu. Kalau memang masih belum bisa melupakan mantan, lebih baik tidak usah mencari orang lain. Cobalah untuk move on dulu, baru carilah orang yang benar-benar hanya dia yang kamu sayang. Kamu tidak bisa menyayangi dia dan mantanmu secara bersamaan. Tidak adil. Aku rasa itu bukan sayang, tapi kamu menyakitinya.

So, pastikan dulu hatimu untuk siapa?
Baru katakanlah "sayang" itu hanya untuk dia seorang :)

Kamis, 28 April 2016

Apakah Ini Masalah?

Aku terdiam dalam keramaian tengah kota, berjalan seolah-olah tanpa arah dengan lemasnya. Aku berharap ini bukanlah suatu kesalahan, ketika aku memilih untuk tetap diam dan menjalani semuanya seperti tak ada masalah.Tapi, aku sungguh bingung dengan keadaan ini.

Ketika aku berhadapan dengan dia yang sudah mulai mengisi hari-hariku. Ketika aku melihat keceriaannya tiap dia berusaha membuatku tersenyum. Ketika aku mendengarkan setiap cerita dari sebagian kesehariannya..... oh, tidak.... Itu membuat bayangannya semakin nyata dalam benakku.

Semakin nyata bayangannya, semakin aku mengaguminya. Semakin aku mengaguminya, semakin aku bangga telah mengenalnya. Semakin aku bangga, semakin aku merasa takut kehilangannya. Kenapa ini harus terjadi?

Sejauh mata memandang, sejauh telinga mendengar, sejauh kaki melangkah.... semakin aku membayangkan dirinya di sisiku. Hadirmu buatku berubah menjadi lebih baik. Hadirmu ajarkanku kerasnya hidup. Hadirmu kuatkanku untuk selalu maju dan berjuang tanpa kata lelah dan menyerah. Sampai yang terpenting, kau sadarkanku bahwa setiap individu berharga dan bernilai dengan kemampuan luar biasa yang dimilikinya. Tapi, sejauh mana dan sampai kapankah kau akan hadir dalam hidupku?

Seringkali aku tersipu malu ketika kau begitu perhatian padaku. Namun, tak jarang juga aku merasa kesal dengan sikapmu yang menyebalkan. Sekalinya perhatian, terasa sangat perhatian. Namun, sekalinya sibuk akan sangat cuek dengan segalanya. Aku berusaha memahami, berusaha untuk sabar, dan tetap selalu memberikan semangat. Bukankah kita hidup untuk berguna juga bagi sesama?

Namun, seringkali aku merasa bingung. Aku bisa sabar dan bertahan dengan segala sikapnya yang sering menghilang dalam tumpukan kesibukkannya. Kenapa ya, kesabaranku tidak habis? Tapi aku selalu ingat dan bertanya dalam diriku, "aku ini siapa?" Bukan siapa-siapa.... Lalu, untuk apa aku tetap sabar? Seringkali pertanyaan ini dijawab oleh hatiku. Ketika hati berbicara, saat itulah aku sungguh bingung menentukan arah. Aku tak tahu apakah ini akan menjadi sebuah "masalah" bagiku ke depannya atau tidak?

Tapi, saat aku tahu jawaban pasti dari "aku ini siapa?", mungkin aku akan menemukan jawaban yang tepat dari "untuk apa aku tetap sabar?". Semoga dengan begitu, kebingunganku akan terjawab juga, dan aku tahu bahwa ini akan menjadi sebuah "masalah" atau tidak? :)


*Hanya sebuah tulisan untuk mengisi kekosongan hati waktu... 🙈😂